Penguasa Muslim Alergi Islam
Oleh: Tri Nuryani
LensaMediaNews – Jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju milik Presiden Jokowi dan Wapres Ma’ruf Amin telah resmi dibentuk dan dilantik pada Rabu, 23 Oktober 2019. Ada 34 menteri dan empat pejabat setingkat menteri yang dilantik kala itu. Tak hanya itu, pada Jumat, 25 Oktober 2019, Presiden Jokowi kembali melantik 12 wakil menteri. (Liputan6. com 28/10/19))
Namun kualitas para menteri yang baru saja dilantik dinilai peneliti Indef Bhima Yudhistira Adhinegara justru mengalami penurunan dibanding periode pertama Jokowi. Menurutnya, penurunan kualitas terjadi karena pemilihan menteri yang tidak sesuai kapasitas pos kementerian strategis. Hal itu, kata Bhima, disebabkan faktor politis mendominasi pemilihan menteri dibanding faktor profesionalitas menteri.(Liputan6. com 28/10/19)
Apalagi dalam pelantikan ini presiden Jokowi sangat menekankan bahwa agenda utamanya adalah melawan radikalisme. Karena menurutnya Indonesia diancam gerakan radikalisasi.
Istilah radikal ini merupakan senjata rezim untuk membungkam kaum muslim. Ya, seperti yang kita tahu, tidak pernah ada penyematan istilah radikal itu kecuali kepada kaum muslim, kepada ajaran islam. Karena selama ini yang sering dituduh sebagai tempat penyebaran radikalisme adalah masjid. Para ustad dan ulama yang mengajarkan Islam secara kaffah dianggap radikal.
Radikalisme menjadi fokus rezim lima tahun ke depan. Seolah, masalah negara hanyalah itu saja. Terlihat bagaimana menteri ramai-ramai bicara radikalisme, bahkan menteri agama Fachrul Razi pun mengkaitkan radikalisme dengan pakaian cadar dan celana cingkrang.
Yang perlu ditelaah mengapa isu radikalisme ini dihembuskan? Sejatinya, hal ini karena rezim ingin mengalihkan perhatian umat dari kegagalannya. Di antaranya: ketidakbecusan dalam mengatur sistem ekonomi: utang negara yang semakin bertambah, kenaikan harga barang pokok, listrik dan BPJS. Rezim telah gagal meriayah umat. Mereka telah lalai mengurus negara.
Bisa dikatakan rezim saat ini mengidap islamophobia. Mereka terang-terangan sudah memusuhi dan menyerang ajaran Islam. Mengapa? Karena mereka pelaku-pelaku pelanggar syariat dan hukum Islam (peraturan dari Allah SWT). Mereka membuat hukum sendiri.
Bagaimana umat seharusnya mengahadapi rezim yang semakin anti Islam ini? Kita adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Sehingga, kita wajib taat dan patuh kepada-Nya. Ketika ada pertentangan antara perintah Allah dengan perintah manusia, Islam menetapkan bahwa kita wajib menaati perintah-Nya dan mengabaikan perintah manusia.
Rasulullah saw bersabda : “tidak boleh ada ketaatan kepada makhluk dalam maksiat kepada Allah SWT”.
Inilah pedoman bagi setiap muslim. Salah satu perintah Allah SWT adalah perjuangan menegakkan syariah dan khilafah. Kita harus istiqamah di jalan ini. Karena hidup di dunia hanya sebentar, namun itulah yang akan menentukan nasib kita di akhirat yang selama-lamanya.
Sekalipun banyak tantangan dan ancaman, selama itu adalah amal yang diperintahkan Allah SWT dan mengantarkan rida dan surga-Nya, tetap harus kita jalani hingga titik nafas penghabisan. Sehingga kita berjumpa dengan Allah SWT dengan gelar sebagai pejuang di jalan-Nya.
Wallahu a’lam bishowab.
[LM]