Bijak Mengenalkan Gadget pada Anak

Oleh: Sri Purwanti, Amd. KL, *

 

LensaMediaNews— Saat ini kita memasuki era revolusi industri 4.0, arus globalisasi sudah tidak terbendung masuk ke Indonesia. Hal ini diikuti dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, salah satunya adalah tren penggunaan gadget. Saat ini gadget sudah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Hal ini tentu mempermudah masyarakat untuk mendapatkan berbagai akses informasi melalui aplikasi yang berada di dalam gadget, namun ternyata pengunaan gadget tidak saja menjadi dominasi orang dewasa, tetapi sudah mulai merambah ke kalangan anak-anak, bahkan tidak sedikit dari mereka yang mengalami kecanduan gadget.

 

Gadget memang bisa memudahkan aktivitas kita, karena dengan bantuan gadget dunia serasa dalam genggaman, informasi dan komunikasi bisa dilakukan dengan sangat cepat. Namun di sisi lain gadget juga memiliki efek yang berbahaya pada kesehatan fisik maupun mental anak.

 

Mengunakan aplikasi gadget tanpa pengawasan dari orang tua dapat membawa mereka pada situs-situs yang berbahaya, seperti terpapar situs web pornografi bahkan ancaman predator pedofil.

 

Menatap gadget dalam waktu yang lama akan meningkatkan resiko gangguan mata (Miopi, mata lelah, penglihatan ganda). Anak-anak juga bisa mengalami siklus tidur yang tidak sehat, mereka akan mengantuk dan kurang bisa fokus pada siang hari, juga bisa mengalami obesitas karena kurang gerak, sakit kepala, postur tubuh rusak karena terlalu lama membungkuk di depan layar. Anak yang usianya lebih kecil bisa mengalami gangguan keterlambatan bicara (speech delay).

 

Anak yang mengalami kecanduan gadget bisa terjadi perubahan perilaku, menjadi agresif, mudah tersinggung jika tidak diberi akses untuk menggunakan gadget, merasakan kecemasan yang berlebihan, bahkan depresi.

 

Radiasi elektromagnetik dari gadget juga dapat mempengaruhi tubuh. Anak-anak yang berusia di bawah lima tahun sangat sensitif sehingga rentan, sehingga perkembangan kognitif mereka akan berjalan dengan lambat, susah konsentrasi, kemampuan psikomotoriknya pun kurang berkembang.

 

Anak yang terbiasa bermain dengan gadget juga akan mengalami kesulitan menyerap pelajaran di sekolah, karena mereka terbiasa berhadapan dengan aplikasi multimedia fasilitas gadget yang tampilannya menarik, penuh warna, animasi serta suara yang memikat, serta visual yang bergerak cepat. Sementara pelajaran di sekolah didominasi dengan teks hitam putih, tanpa animasi, penjelasan guru di kelas tidak secepat gerakan visual permainan, bahkan cenderung statis (duduk di dalam kelas).

 

Tidak bisa dipungkiri bahwa orang tua perlu memonitor anaknya, terlebih untuk orang tua yang bekerja, mereka memerlukan media untuk berkomunikasi dan memantau keberadaan anak-anak. Orang tua juga merasa terbantu karena anak akan anteng di dalam rumah ketika bermain bersama gadget, mengingat banyak vendor yang sudah menyediakan permainan untuk anak seperti puzzle, game warna, kata, bahkan huruf hijaiyah. Anak pun akan akan familiar dengan teknologi sejak dini.

 

Pertanyaannya usia berapa anak bisa dikenalkan pada gadget? Dr. Ahmad Suryawan, Spesialis anak konsultan bidang tumbuh kembang mengatakan, jika ingin memberikan gadget pada anak sebaiknya pada usia diatas enam tahun, karena pada masa itu perkembangan anatomi otak anak sudah 95% dari otak dewasa. Untuk menghindari kecanduan, orang tua harus memberi batas waktu pengunaan gadget. Seorang ahli menyarankan untuk anak usia enam tahun keatas boleh melihat gadget sekali duduk selama satu jam. Orang tua juga harus memfilter aplikasi yang diakses oleh anak sehingga mereka terhindar dari paparan yang tidak layak (kekerasan, pornografi), mengingat anak adalah peniru ulung yang akan mengikuti apa yang mereka lihat.

 

Teknologi ibarat pisau bermata dua, di satu sisi membawa manfaat namun jika kita tidak bijak bisa mendatangkan mudharat. Kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan keimanan dan ketakwaan akan menimbulkan berbagai masalah. Sistem kapitalis yang diterapkan juga memberikan angin segar karena sistem ekonominya yang melegalkan berbagai cara untuk meraup keuntungan yang banyak, tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulkan, seperti bisnis game online yang nyata merusak anak namun tetap tumbuh subur bak jamur di musim hujan.

 

Ketakwaan individu yang rendah juga memperparah kondisi ini, karena mereka tidak mampu menangkal dampak negatif dari gadget, bahkan kadang sampai melupakan waktu untuk beribadah karena asyik dengan gameonline. Dalam Islam sendiri, Alqur’an sangat mendukung umatnya untuk mengembangkan teknologi sebagai madaniyah ‘am (benda yang tidak memiliki sangkut paut dengan hadlarah). Sebagaimana yang disampaikan oleh Syeh Taqiyuddin dalam kitab Nizamul islam, beliau menyebutkan bahwa, “Sedangkan bentuk-bentuk madaniyah yang menjadi produk kemajuan sains dan perkembangan teknologi/industri tergolong madaniyah yang bersifat umum, milik seluruh umat manusia”.

 

Sebagai seorang muslim kita harus bijak dalam memanfaatkan teknologi, Allah Swt memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya dan melarang untuk bermaksiat, seperti Firman Allah SWT.

 

وَا لَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا  ۗ وَاِ نَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 69)

 

Sudah selayaknya kita memanfaatkan teknologi dalam rangka beribadah kepada Allah, dan menjauhi pengunaannya yang menghantarkan pada kemaksiatan, bahkan sampai menimbulkan kecanduan, terutama kepada anak-anak kita, pemuda calon pewaris peradaban, penerus tongkat estafet perjuangan.

Wallahu’alam bisshowab. [EL]

 

*Pegiat Literasi, Member AMK

Please follow and like us:

Tentang Penulis