Luka yang Terus Menganga
Oleh : Vega Rahmatika Fahra, SH
(Aktivis Muslimah dan Pegiat Literasi)
LensaMediaNews – Ada luka yang menganga ketika menyaksikan wajah-wajah sendu yang berlumur darah, entahlah darah siapa. Entah darah anak, ibu, ayah, kakak ataukah darah teman-teman yang seperjuangan dengan mereka.
Ada amarah yang ingin meledak ketika menyaksikan pasukan-pasukan bejat itu berkeliaran di udara, dengan pesawat mereka meledakkan bom-bom di atas tanah itu, tanah muslim, tanah para Nabi.
Ada sakit yang yang teramat sakit ketika menyaksikan para wanita berteriak menggendong seorang anak yang berlumur darah, kehilangan satu tangan akibat ledakan bom. Entahlah pada siapa wanita itu meminta pertolongan. Dia terus menangis, berlari berharap ada yang akan menolongnya.
Ada perih yang tak tertahankan melihat para lelaki tua memegang senjata di usia senja mereka. Berjalan tertatih-tatih demi melindungi isterinya yang juga sudah renta. Melindungi anak-anaknya, melindungi cucu-cucunya, menjaga tempat tinggalnya, mempertahankan tanah kehidupannya.
Ada murka yang tak terbendung menyaksikan para penjajah itu meluluh lantakkan rumah tempat tinggal mereka, membumi hanguskan rumah mereka, meledakkan setiap sumber kehidupan mereka, menghancurkan kebebasan mereka.
Isteri yang tiba-tiba menjadi janda, suami yang tiba-tiba menjadi duda, dan anak-anak yang tiba-tiba menjadi yatim piatu. Ah, sungguh amat mulia perjuangan mereka.
Doa selalu terucap, “Ya Allah, muliakanlalah Islam dan kaum Muslimin, Ya Allah, teguhkanlah iman mereka dan turunkanlah ketentraman di hati mereka dan satukanlah barisan mereka” .
Adakah hati kita bergelora melihat kekejaman terhadap mereka sehingga tiada satu pun dari kita yang bangkit menentang musuh-musuh Allah yang telah mengobarkan perang antar bangsa ke atas mereka dan menukarkan golongan mulia yang dianiaya dan dizalimi kepada pembunuh dan pembantai yang ganas.
Adakah kekuatan-kekuatan umat ini, pasukan tentaranya, partai-partainya, badan-badannya, dan tokoh-tokohnya menyerukan “Ya Allah perkuatkanlah saudara-saudara kami yang sedang dipatah-patahkan, kasihanilah saudara-saudara kami yang lemah ditindas dan bantulah hamba-hambamu yang beriman”.
Adakah kita memiliki kekuatan untuk menyelamatkan mereka? Jika kita mau maka kita bisa berjuang untuk menyelamatkan mereka, dengan menyatukan kekuatan iman. Karena tugas membela mereka terpikul di bahu kita.
Bukankah kaum muslim ibaratkan satu batang tubuh? Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lainnya tidak akan senang beraktivitas? Begitu juga luka menganga kaum muslim Gaza dan negeri muslim lainnya yang tertindas.
Palestina, Gaza, Uyghur, Khasmir, Yaman dan seluruh umat membutuhkan hadirnya kembali Khalifah sebagaimana Khalifah Mu’tashim yang telah mengirim sepasukan besar tentara muslim demi menjaga kehormatan satu orang muslimah.
Jihad akan segera dikobarkan untuk mengusir entitas Yahudi dari tanah kaum muslimin dan tidak ada lagi pelecehan apalagi pembantaian terhadap anak-anak umat. Karena tumpahnya darah seorang muslim adalah bencana besar melebihi hancurnya bumi dan seisinya.
Khalifah dengan negara khilafah juga akan menghapus sekat-sekat negara bangsa, menghilangkan nasionalisme hingga kekuatan 1,6 miliar kaum muslim bisa menyatu, saling menolong atas dasar ukhuwah Islamiyah.
Jadi solusi tuntas menolong kaum muslimin yang dibantai dan dibom adalah dengan kembalinya Khilafah. Karenanya mari bersegera berjuang menegakkan kembali tegaknya Khilafah Islamiyah. Sesungguhnya Allah akan menghukum siapa saja yang lalai menunaikan kewajiban yang diamanahkan.
[LN]