Deradikalisasi Membungkam Sikap Kritis
Oleh : Mahliawati
LensaMediaNews – Islam hari ini adalah agama dengan jumlah pemeluk terbesar di dunia. Tidak hanya sekadar agama dan keyakinan, Islam adalah akidah yang memancarkan aturan khas baik untuk individu, masyarakat bahkan negara.
Kakhasan Islam inilah yang menjadi ketakutan bagi musuh-musuhnya. Ketika Islam berjaya maka musuh Islam tidak mampu menunjukkan taringnya. mereka tidak mampu membangun peradaban gemilang. Mereka kalah dalam berbagai peperangan.
Hingga hal itu memunculkan dendam tak berkesudahan dalam benak mereka. Berbagai macam cara telah mereka tempuh untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin. Namun hal itu selalu berujung pada kegagalan.
Negara-negara kafir barat yang menjadi musuh nyata kaum muslimin tidak tinggal diam, berbagai macam cara telah mereka coba untuk melemahkan dan menghancurkan kaum muslim. Salah satu strategi jangka panjangnya adalah War On Terror (WoT) sejak 9/11 2001 bersamaan dengan tragedi WTC.
Sejak saat itu, AS sebagai negara adikuasa memaksa negara-negara di dunia, terutama negeri-negeri muslim untuk turut serta memerangi teroris dan radikalis yang hakikatnya ditujukan kepada kaum muslim itu sendiri.
Perang melawan teroris ini direalisasikan AS dan sekutunya dalam dua bentuk. Pendekatan cara keras, dalam hal ini termasuk serangan fisik dengan menggunakan militer. Dan pendekatan cara lunak (Soft Approach) yang kini kita kenal dengan istilah deradikalisasi.
Deradikalisasi dalam bentuk perang pemikiran, dimana barat terutama AS melalui RAND Corporation menyebarkan pemikiran-pemikiran yang sengaja untuk memecah belah kaum muslimin menjadi empat golongan, yakni fundamental, tradisionalis-baik konservatif maupun reformis, modernis, dan sekularis.
Apa Bahaya Deradikalisasi?
Tujuan deradikalisasi sebenarnya adalah untuk menghilangkan pemikiran yang dimiliki kaum fundamentalis. Dimana mereka memiliki pemikiran yang khas yakni terikat penuh dengan Alquran dan Sunah dan ingin agar aturan Alquran dan Sunah tersebut direalisasikan dalam bentuk negara.
Deradikalisasi atau upaya untuk menghilangkan pemahaman Islam secara mengakar, menjadi moderat dapat dikatakan sebagai deislamisasi sehingga harus disadari bahwa deradikalisasi sangatlah berbahaya bagi umat Islam.
Deradikalisasi ini akan mengancam kemurnian Islam dan menjauhkan umat Islam terhadap prinsip agamanya sendiri. Dan berbagai label negatif yang dialamatkan kepada Islam nyatanya mampu menciptakan Islamophobia.
Tidak hanya itu, deradikalisasi kini menjadi strategi untuk membungkam sikap kritis rakyat terhadap penguasa dengan dalih anti-NKRI, anti-Kebhinekaan, anti-Pancasila. Menjadikan sebagian rakyat bersikap apatis.
Disaat animo masyarakat untuk bersikap kritis kian meningkat, disaat yang sama kini pemerintah bersikap arogan dengan menyebut kelompok radikal orang-orang yang berseberangan dengannya. Siapa pun yang berusaha mencoba berseberangan dengan penguasa akan di anggap radikal.
Yang terbaru dimana istilah radikal kemudian diubah pengucapannya menjadi manipulator agama. Seolah sangat jelas sebutan istilah tersebut ditujukan kepada Islam dan umat Islam.
Deradikalisasi lewat pengarus opinian istilah radikal atau pun manipulator agama kini nyata menyerang Islam dan ajarannya. Dimana umat di batasi melakukan muhasabah atau menasihati penguasa, umat Islam dilarang bicara dan menyebarkan ide khilafah.
Hal tersebut lagi-lagi dengan dalih bahwa ajaran Islam-khilafah dapat memecah belah bangsa, mengganti Pancasila dan tuduhan tidak mendasar lainnya.
Tidak Boleh Apatis
Di tengah kondisi umat Islam hari ini, sudah menjadi keharusan setiap muslim jeli dalam melihat berbagai persoalan dan jangan sampai terjebak pada sikap apatis. Karena hal itulah yang diinginkan pemerintah.
Kaum muslim harus mengkaji seluruh hal tentang Islam, melihat fakta dengan kacamata Islam dan memberikan solusi berdasarkan Islam. Tidak boleh keluar dari syariat-Nya. Tidak boleh menjadikan demokrasi sebagai standar sikap kritis kita.
Karena kaum muslimim benar-benar paham bahwa muhasabah atau menasihati penguasa itu merupakan kewajiban. Sehingga sikap apatis ini harus dihilangkan dalam benak dan jiwa kaum muslim.
Wallahu a’ lam biashowab.
[LS/Ry]