Rezim Mengganas, Semangat Juang Makin Panas

Oleh: Peni Lestari

 

LensaMediaNews – Islamophobia terus didengungkan oleh rezim yang represif dan anti Islam. Mereka mengkriminalisasi ulama dan penyuara kebenaran. Semakin lama, mereka menjelma menjadi rezim yang otoriter dan anti kritik. Inikah wajah demokrasi?

Demokrasi yang katanya dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyatpun sudah tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Katanya, kedaulatan rakyat merupakan suatu paham yang menyatakan bahwa pemerintahan berdasar atas apa yang ditentukan oleh rakyat. Hal ini tentu memberi pemahaman bahwa rakyatlah yang menentukan arah kebijakan suatu negara.

Menurut KBBI.WEB.ID, de·mo·kra·si /démokrasi/ adalah 1 (bentuk atau sistem) pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat; 2 gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.

Pada faktanya, sekarang rakyat tak boleh mengkritik kebijakan penguasa. Pemerintah bak kebakaran jenggot. Mereka membuat narasi-narasi jahat untuk membungkam rakyat yang menyuarakan kebenaran. Bahkan abdi negara pun yang tergolong sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai hak untuk bersuara dan mengkritik kebijakan penguasa harus rela dicopot dari jabatannya sebagai konsekuensi dari kekritisannya (bkn.go.id ,18/10/19).

Pemerintah terkesan berlebihan dalam hal ini, bahkan membuat resah sebagian masyarakat . Bagaimana tidak, berita-berita yang disuguhkan selalu menyudutkan umat Islam: bagaimana caranya tidak ada cela lagi untuk bisa mengganggu bahkan mengkritisi kebijakan penguasa. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa demokrasi yang katanya kedaulatan di tangan rakyat hanyalah omong kosong belaka.

Bukankah di negara demokrasi ini, berpendapat pasti dijamin kebebasannya? Tapi kenapa negara menjadi inkonsisten? lebih pantas dengan kekuasaan tirani-diktator yang siap menghabisi siapa saja yang menghalangi kebijakan penguasa.

Negara kehilangan fungsinya. Seharusnya negara mengurusi urusan rakyat. Kondisi ini sangat dirasakan oleh rakyat. Di era informasi saat ini, media sosial sangat digandrungi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Rakyat dengan mudah bisa mengetahui kondisi dan situasi negara saat ini. Pada waktu yang sama, setiap orang bisa menjadi penyebar informasi dan juga sumber informasi. Terlebih, rakyat juga dengan mudah mengkritik langsung kebijakan-kebijakan penguasa yang tidak pro terhadap rakyat.

Kritikan pedas rakyat yang sampai di telinga para penguasa, cukup membuat risih mereka. Rakyat yang melek terhadap politik, dan selalu menyuarakan kebenaran, membongkar makar-makar penjajah menjadi ancaman yang sangat nyata.

Inilah yang melandasi lahirnya undang-undang ITE demi membatasi ketajaman para kritikus ini. Siapa saja yang berseberangan dengan penguasa, harus siap dicabut badan hukum perkumpulannya, terjerat undang-undang ITE, bahkan dicap sebagai golongan radikal, teroris dan sebagainya. Dan yang lebih parahnya mereka harus siap merasakan dinginnya jeruji penjara.

 

Islam Tak Kehabisan Pejuang

Walaupun para pengusung kebenaran ini terus dikriminalisasi, bahkan banyak dari mereka yang telah masuk ke dalam jeruji besi, faktanya para pejuang itu terus lahir. Hilang satu tumbuh seribu.

Dakwah amar makruf nahi mungkar adalah perintah dari Sang Pencipta. Muhasabah kepada penguasa wajib dilakukan. Ketika penguasa menutup jalan bagi rakyatnya melakukan muhasabah, kerusakan akan semakin parah.

Padahal, sejatinya bukan dakwah dan Islam ini yang butuh kita. Tapi kitalah yang butuh dengan Islam. Tanpa Islam, tidak ada kemuliaan. Untuk itulah para pejuang Islam yang mempunyai keimanan dan kesadaran yang tinggi akan rela mengorbankan jiwa raganya untuk dakwah ini. Semakin represifnya rezim ini terhadap dakwah amar makruf nahi mungkar, semakin memanaslah semangat juang para pembela kebenaran Islam.

Dengan Islam, keadilan adalah niscaya. Mari ambil bagian dari perjuangan. Mari kita berupaya menegakkan keadilan. Dengan Islam, keadilan itu akan ada. Karena ketika kita berguguran, akan banyak sel-sel baru yang lahir. Mereka selalu siap menggantikan posisi kita. Naudzubillahi min dzalik.

Wallahu a’lam bis showab.

 

[LS/Ry]

Please follow and like us:

Tentang Penulis