Persatukan Dua Kubu? Mari Belajar dari Suku Aus dan Khazraj
Oleh Kurniapeni Margi Rahayu, S.Pd
(Ibu Muda & Penggerak Remaja)
LenSaMediaNews– Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Megawati Soekarnoputri akan mendorong Korea Selatan dan Korea Utara segera bersatu. Megawati akan menawarkan konsep Pancasila kepada kedua negara sebagai jalan mewujudkan perdamaian. (Detiknews, 26/8/19)
Masih (dikutip) dari Detiknews (26/8/19), Megawati mengatakan dirinya menjadi semacam special envoy untuk komunikasi antara Presiden Kim Dae-Jung dan counterpart-nya di Korea Utara saat itu, Kim Jong Il, yang kini digantikan putranya, Kim Jong Un.
“Jadi saya paling tidak sedang mengikuti keinginan-keinginan dari kedua belah pihak. Dan saya menawarkan Pancasila untuk bisa dipergunakan sebagai landasan mempercepat proses yang sudah terjadi,” ujar Megawati.
Gajah di seberang lautan tampak, semut di pelupuk mata tak tampak. Begitulah kiranya peribahasa yang tepat untuk menggambarkan sikap mak Banteng ini. Maksud hati memberikan wejangan pada negara tetangga satu benua, tapi lupa negeri sendiri sedang terluka.
Dikutip dari CNNIndonesia (31/8/19), Juru bicara internasional Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Victor Yeimo mengatakan pihaknya akan menyerukan aksi mogok nasional di seluruh wilayah yang diklaim sebagai West Papua untuk mendesak referendum atau penentuan nasib Papua lewat pemungutan suara rakyat.
“Kita sudah serukan rakyat Papua untuk melakukan mogok sipil nasional di wilayah West Papua, untuk mendesak Jakarta membuka ruang referendum di Papua Barat,” kata dia, dalam wawancara dengan CNN Indonesia TV, Sabtu (31/8).
Menurut Victor, itu merupakan bagian dari perjuangan KNPB yang akan dilakukan terus-menerus dalam menuntut referendum. Karena baginya Papua dalam kondisi “dijajah Indonesia”. “Dalam dekolonisasi, itu kewajiban negara yang sedang menjajah untuk memberikan hak penentuan nasib sendiri,” kata dia.
Jika memang Pancasila dirasa mampu menyatukan perselisihan dua belah pihak, hendaknya Bu Mega serukan terlebih dahulu pada anak bangsa. Bagaimana realisasi Pancasila menyatukan Papua Barat yang hari ini meminta berlepas diri dari “penjajahan Indonesia”. Bagaimana Pancasila menenangkan kerusuhan yang terjadi atas keinginan Papua Barat melakukan referendum. CNNIndonesia (31/8/19).
Teringat sejarah beberapa abad silam, sebelum rasulullah SAW. hijrah dari Makkah ke Madinah. Saat itu Madinah masih bernama Yastrib. Suku Aus dan Khazraj adalah musuh satu sama lain. Mereka saling berperang, membunuh, dan meninggikan eksistensi kaum mereka. Tak ada kemenangan, yang ada hanyalah kerusakan belaka.
Kemudian Islam datang melalui Mus’ab bin Umair. Beliau diutus rasulullah Muhammad saw. sebagai duta penyampai Islam. Mus’ab membina suku Aus dan Khazraj dengan Islam. Dibangun akidah mereka tentang tauhid dan kerasulan nabi Muhammad. Dibentuk rasa persaudaraan mereka berasaskan Islam, bukan fanatisme suku. Dibangun kesadaran mereka untuk berjuang membela Islam dengan harta bahkan nyawa.
Setelah rasulullah hijrah ke Madinah, mereka telah siap. Lahir batin mereka meyakini Islam. Permusuhan dua suku tersebut enyahlah sudah. Islam telah menyelimuti dan mendarahdaging di hati mereka. Hingga terealisasi ukhuwah Islam di antara mereka. Masyhur namanya disebut kaum Anshor, menjadi Anshor (penolong) nabi Muhammad dan kaum Muhajirin.
Begitulah Islam. Islam bukanlah agama seruan belaka, mengajak kepada kebajikan menentang kemungkaran. Lebih dari itu, Islam adalah cara pandang komprehensif terkait hidup dan kehidupan. Darinya lahir aturan-aturan rinci untuk mengiringi kehidupan manusia. Sudah menjadi sunnatullah ketika Islam diterapkan, pasti yang lahir keberkahan bukan kerusakan.
Cara pandang Islam yang komprehensif tentang kehidupan merupakan bukti bahwa Islam adalah ideologi. Ideologi ini lahir dari Tuhan pencipta alam semesta, Allah Swt. Yang datang dari Allah Swt. pasti pas dan adil bagi manusia dan semesta alam.
Oleh karena itu, mari kita realisasikan Islam untuk memperbaiki kerusakan dan kerusuhan yang terjadi di Indonesia bagian Barat, Papua Barat. Tidak sekedar seruan dan semboyan, melainkan dengan menerapkannya secara sempurna sebagai ideologi yang hakiki.
Wallahua’lam bishshawab.
[LN/Fa]