Kembalinya Khilafah Bukan Perkara Mustahil

Oleh: Eliza Mumtaza

 

LenSaMediaNews– Islam bukan hanya sekedar agama ritual semata, tapi sebagai ideologi. Ketika Daulah Islamiyah menerapkan Islam dalam kehidupan, ia mampu memimpin peradaban dunia tak terkecuali di bumi Nusantara. Syariat Islam pernah diterapkan di Indonesia sejak masuknya Islam pada abad ke tujuh Masehi.

Khilafah juga sudah disabdakan oleh Nabi saw. sekitar 14 abad yang lalu, “Dulu Bani Israel dipimpin / diurus oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi wafat, ia diganti oleh nabi yang lain. Namun, tidak ada nabi setelah aku dan yang akan ada adalah khalifah, yang berjumlah banyak”. (HR al- Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian Khilafah bukan hal yang baru, kecuali bagi mereka yang belum tahu. Para ulama telah membahas dalam kitab-kitab mereka, ada dalam kitab-kitab kuning yang diajarkan di pesantren. Imam Mawardi (w 450 H/1058 M) mengatakan, “Imamah (Khilafah) ditetapkan bagi pengganti kenabian dalam penjagaan agama dan pengaturan urusan dunia” (Al-Mawardi As-Sukthaniyah, hlm. 3).

Namun upaya membendung kebangkitan Islam sangat sistematis dan terencana dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Geliat kebangkitan Islam yang mengarah pada keinginan menegakkan Khilafah sangat mengkhawatirkan mereka. Di sisi lain, krisis kapitalisme yang semakin parah semakin mendorong umat untuk kembali pada Islam.

Kekayaan negeri, seperti barang-barang tambang yang jumlahnya melimpah tidak secara optimal digunakan untuk kepentingan rakyat. Dengan serakahnya penjajah asing mengeruk emas, seperti yang dilakukan Freeport di Papua. Padahal emas, batu bara, perak dan barang tambang lain berdasarkan syariah Islam merupakan milik umum (milkiyah ammah), yang wajib dikelola negara dengan baik dan hasilnya untuk kepentingan rakyat.

Maka kerinduan umat untuk bersatu melawan kezaliman dan membela Islam semakin tidak terbendung. Menggema, narasi syariah dan khilafah begitu nyaring terdengar di tengah umat. Masih segar dalam ingatan Ijtima’ Ulama bersama Tokoh Nasional IV sepakat untuk penerapan syariah dan penegakkan khilafah serta amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban agama Islam. Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Terjemahan surat Ali’Imran 104).

Adapun tentang Khilafah itu sendiri didefinisikan sebagai sebuah sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia untuk menerapkan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Orang yang memimpinnya disebut Khalifah, dapat juga disebut Imam atau Amirul Mukminin.

Perlu ditegaskan, Khilafah adalah ajaran Islam yang asli (genuine), namun banyak umat Islam yang kurang memahaminya. Keaslian ajaran Khilafah itu dapat dibuktikan dari pandangan Islam mengenai relasi (hubungan) agama dan negara (kekuasaan). Pandangan Islam ini dirumuskan dalam kalimat “Al Islam diin wa minhu ad daulah.” (Islam adalah agama, di antaranya adalah ajaran tentang bernegara). Ini berbeda dengan konsep sekularisme dari Barat yang memisahkan agama dan negara (fashlud diin ‘an ad daulah).

Konsekuensi keimanan seseorang adalah mencintai ajaran Islam seluruhnya. Faktanya, apa yang dipertontonkan rezim saat ini yakni islamphobia akut terhadap ajaran Islam. Ide khilafah yang merupakan ajaran Islam yang agung, bak monster menakutkan. Tak heran, berbagai cara dilakukan untuk menciptakan stigma negatif terhadap khilafah. Bahkan para aktivisnya dikriminalisasi dengan tuduhan mengada-ada. Rezim terus menerus melakukan kezaliman.

Sangat disayangkan, ada framing jahat yang sengaja dihembuskan. Syariah di benturkan dengan Pancasila sembari berteriak “Saya Pancasila”, seenaknya menista pihak yang berbeda. Melempar tudingan radikal. Dengan mudahnya melakukan tindakan di luar akal. Wakil Presiden Ma’ruf Amin di sebuah acara penutupan Muktamar Partai Kebangkitan Bangsa menyatakan pendapatnya. Bertempat di The Westin Hotel, Nusa Dua Bali, Ia menuding khilafah tak sesuai dengan kesepakatan para pendiri bangsa dan harus ditangkal lantaran mengancam Pancasila.

Ma’ruf Amin mengatakan tetapi tetap saja khilafah ini harus ditangkal lantaran tak sesuai dengan kesepakatan para pendiri bangsa. Dia menegaskan paham dan gerakan ini harus dilawan lantaran mengancam Negada Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila. “Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) harus menjadi garda terdepan untuk menangkal berkembangnya paham radikalisme, intoleransi, maupun paham khilafah”, Kata Ma’ruf Amin. (Tempo.co, 21/8/2019).

Kita ingatkan kepada siapapun, berbagai upaya mereka untuk membendung kebangkitan Islam pasti gagal. Kembalinya umat untuk bersatu di bawah naungan Khilafah Islam tidak akan bisa dibendung. Sungguh hal ini merupakan janji Allah SWT dan kabar gembira dari Rasulullah saw. Dengan pertolongan-Nya, kembalinya khilafah bukanlah perkara yang mustahil.

Wallahu’alam bisshawab.

 

[LN/Fa]

Please follow and like us:

Tentang Penulis