Film Dua Garis Biru, Solusi Tuntas adalah Islam

Belum selesai polemik film ‘Kucumbu Tubuh Indahku’ yang diboikot oleh beberapa pemerintah kota. Kini muncul petisi untuk film ‘Dua Garis Biru’ yang belum tayang di bioskop. Petisi digagas oleh Gerakan Profesionalisme Mahasiswa Keguruan Indonesia. Mereka menilai ada beberapa scene di trailer yang menunjukkan situasi pacaran remaja yang melampaui batas. Menurut mereka, tontonan tersebut dapat memengaruhi masyarakat, khususnya remaja untuk meniru apa yang dilakukan di film.

 

Beberapa scene di trailer menunjukkan proses pacaran sepasang remaja yang melampaui batas, terlebih ketika menunjukkan adegan berduaan di dalam kamar yang menjadi rutinitas mereka. Scene tersebut tentu tidak layak dipertontonkan pada generasi muda, penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa tontonan dapat mempengaruhi manusia untuk meniru dari apa yang telah ditonton (1/5/2019).

 

Meski tidak ada adegan yang melanggar undang-undang, mereka menyebut ada pesan implisit yang ingin disampaikan lewat ‘Dua Garis Biru’. Pesan tersebut dikhawatirkan dapat merusak generasi muda Indonesia. Segala tontonan yang menjerumuskan generasi kepada perilaku amoral, harus dilawan. Karena kunci pembangunan negara ada pada manusianya. Mustahil jika ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045, jika generasi muda masih sering disuguhkan tontonan tidak bermutu.

 

Kapitalisme dengan sekularisme sebagai asasnya, memisahkan agama dari kehidupan. Tak peduli dengan dampak negatif yang ditimbulkan. Selama bisa mendatangkan manfaat berupa keuntungan materi sebanyak-banyaknya, maka itu sah-sah saja.Di sisi lain, adanya pendangkalan akidah pada umat Islam membuat mereka jauh dari nilai-nilai Islam. Tak menjadikan syara’ sebagai standar tolok ukur perbuatannya. Maka wajar, jika sebagian besar umat Islam terutama remajanya bebas berbuat dan bertingkah laku semaunya. Tak peduli lagi halal haram dan baik buruk. Selama itu menyenangkan bagi mereka. (LN/WuD)

Susi Nusi

Please follow and like us:

Tentang Penulis