Tak Ada Uang, Nyawa Melayang
Pembunuhan terhadap karyawati Bank Syariah Mandiri Tapanuli Tengah yang bernama Santi Devi Malau (25) yang dilakukan oleh pasangan suami istri, akhirnya terungkap. Serambinews melansir Antara, penyebab pelaku DP (20) tega membunuh hanya gara-gara uang Rp200 ribu yang mau dipinjamnya kepada korban.
Karena korban mengaku tak punya uang tapi akan diambilkan dari ATM, pelaku tak percaya maka langsung mencekik leher korban hingga meninggal dunia. Betapa mahalnya rasa aman. Tak peduli jiwa yang tak bersalah, dengan kejam dicabut begitu saja. Pelaku mendurhakai Allah sebagai satu-satunya yang berhak mencabut nyawa manusia. Ketakwaan tak berbekas, keimanan bablas.
Beginilah sifat serakah manusia yang mendapat tempat dalam sistem kapitalisme, semua dihitung dengan manfaat. Termasuk ketika menghilangkan nyawa dianggap memberikan manfaat maka menjadi boleh. Rasa aman dan terjaganya jiwa seseorang terkalahkan oleh urusan perut. Ketika sanksi dan hukum tidak memberikan solusi maka peristiwa inipun akan terus berulang. Karena hal mendasar tidak terpenuhi secara sempurna, yaitu kesejahteraan yang dijamin oleh negara sebagai institusi pelindung rakyat.
Padahal kesejahteraan adalah hal pokok yang harus diterima setiap manusia. Namun kesejahteraan yang hakiki tidak mungkin didapat dari aturan kapitalisme, yang asasnya memisahkan agama dari kehidupan. Di mana akal manusia dijadikan rujukan pembuatan UU, padahal ia adalah makluk. Akan ada banyak kepentingan yang bermain atas nama kesejahteraan. Alih-alih sejahtera, malah setiap pihak akan mengklaim dialah yang paling paham apa itu kesejahteraan.
Negara harus hadir sebagai pengurus urusan umat. Negaralah yang wajib memenuhi kebutuhan pokok dan sekunder umat. Tentu dengan mekanisme yang sesuai syariat, karena hanya Islamlah yang mampu menyelesaikan sengkarut persoalan umat.
Wallahu a’ lam biashowab.
Rut Sri Wahyuningsih, Sidoarjo
(LN/Fa)