Ramadan Bulan Penuh Keberkahan

Oleh: Ilma Kurnia P, S.P

(Pemerhati Generasi)

 

Allah berfirman di dalam Alquran yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa (di bulan Ramadan) sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu (menjadi lebih) bertaqwa” (QS. Al-Baqarah: 183).

Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh keberkahan dan sangat mulia, di dalamnya terdapat pahala amal ibadah yang dilipatgandakan. Hakikatnya Ramadan adalah bulan yang akan semakin meningkatkan ketaqwaan seorang hamba. Semakin taat pada perintah-perintah Allah dan semakin berusaha untuk meninggalkan larangan-larangan Allah. Ramadan adalah proses perbaikan iman dan amal seorang hamba. Sehingga setelah melewati bulan Ramadan akan didapati pribadi-pribadi yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Kita memahami Ramadan sebagai ladang untuk mengumpulkan amal sholeh sebanyak-banyaknya karena bulan Ramadan memiliki kemuliaan diantara bulan-bulan lainnya. Salah satunya kita bisa mencontoh perbuatan Rasulullah Saw, beliau bukan sekedar memperbanyak ibadah-ibadah sunnah nafilah, namum beliau dan para sahabat senantiasa melakukan dakwah dan penaklukan-penaklukan militer di bulan Ramadan dengan tujuan untuk menyebarkan dakwah Islam ke seluruh alam.

Beruntung dan berbahagia orang-orang yang mampu dan mau mengoptimalkan pemanfaatan momentum istimewa ini, sehingga pasca Ramadan merekapun seperti terlahir kembali dengan izin Allah untuk menjadi pribadi mukmin baru yang serba istimewa pula. Dan sebaliknya, merugilah di dunia dan di akherat orang-orang yang mengabaikan dan menyia-nyiakannya, sehingga Ramadan demi Ramadan lewat dan berlalu begitu saja, tanpa meninggalkan perubahan apapun dalam diri pribadi dan kehidupannya. Namun tentunya perubahan sejatinya bukanlah sekedar perubahan akhlak dan perilaku pada pribadi seorang hamba yang kita harapkan. Karena hakikatnya pribadi yang bertaqwa haruslah dijaga oleh sebuah sistem yang Islami sehingga ketaqwaan individu akan tetap terjaga dengan baik.

Sistem yang Islami tentulah tidak didapatkan dalam sistem demokrasi saat ini yang seluruh aturannya tidak bersumber dari Alquran dan Hadits, tetapi bersumber dari akal manusia yang sangat lemah dan terbatas. Terbukti dalam sistem saat ini sangat banyak kita jumpai kemaksiatan dari level bawah sampai level atas. Dari level rakyat biasa sampai penguasa, semua ini disebabkan karena sistem yang mengatur kita selama ini adalah sistem yang hanya menghambakan hawa nafsu. Sebuah sistem yang bertentangan dengan fitrah kita sebagai seorang hamba untuk tunduk dan patuh kepada hukum-hukum Allah.

Kita menginginkan setelah bulan Ramadan perubahan itu akan terlihat secara individu maupun masyarakat, namum selama kita tetap berada pada sistem yang bertentangan dengan Islam maka kita tetap akan menemukan pemandangan yang sama. Kemaksiatan akan tetap bermunculan dan merajalela disebabkan sistem saat ini tidak mampu mencegah semua itu. Bahkan memberikan peluang besar untuk melakukan kemaksiatan karena asas sistem saat ini (demokrasi) adalah liberalisme yaitu kebebasan dan sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan.

Asas ini yang membuat sistem demokrasi rusak dan cacat sejak awal kemunculannya. Oleh karenanya perlu sebuah upaya untuk memperbaiki sistem saat ini. Sistem yang di dalamnya mampu memuliakan manusia, menjaga aqidah, menjaga akal, menjaga kehormatan, menjaga jiwa dan harta manusia. Sistem yang memiliki sistem sanksi yang tegas sehingga sulit bagi para pelaku maksiat untuk melakukan kemaksiatan. Sistem yang akan melahirkan generasi-generasi qurani tanpa terkontaminasi dengan pemikiran-pemikiran liberal. Sistem yang akan membebaskan manusia dari aktivitas riba sehingga harta mereka tetap terjaga. Sistem yang akan memuliakan para wanita sehingga mampu menjalankan tugas dan perannya dalam keluarga dan masyarakat. Dan semua ini hanya akan ditemui dalam sistem Islam. Wallahu a’lam bishawab. [RA/WuD]

Please follow and like us:

Tentang Penulis