Ketika Tipuan Manis Terbalut Legalitas
Oleh: Endang Setyowati
(Pegiat TSC)
LensaMediaNews- Indonesia adalah negeri yang luas dan makmur. Berbagai sumber daya alam ada di dalamnya. Mulai dari gunung emas hingga lautan yang di dasarnya mengandung berbagai kekayaan alam.
Namun, pemerintah dengan berbagai upaya terus mempromosikan Indonesia ke kancah dunia, dengan berbagai alasan salah satunya kerjasama. Seperti dilansir oleh Kontan.co (17/5/2019). Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno melakukan kunjungan singkat untuk bertemu dengan sejumlah Chief Executive Officer (CEO) industri logam di China. Kunjungan itu bertujuan untuk menjajaki peluang kerjasama untuk mendorong percepatan hilirisasi tambang di Indonesia.
Rini menyampaikan, percepatan hilirisasi industri tambang harus segera dilakukan, dan ia yakin holding industri pertambangan BUMN yakni PT Inalum (Persero), mampu mewujudkan mandat tersebut. “Saya optimis holding industri pertambangan akan mampu mewujudkan mandatnya dengan bantuan pihak terkait,” kata Rini melalui keterangan tertulisnya, Kamis (16/5).
Kerjasama yang di gaung-gaungkan untuk bisa menambah pendapatan negeri ini, akan tetapi malah sebaliknya, bagaimana dengan kasus freeport saat berada di bawah penguasaan AS, membayar royaltipun di undur-undur.
Akibat eksplorasi tambang tersebut, kerusakan alam, ekosistem belum lagi diperhitungkan. Dan dampaknya langsung mengenai warga sekitar pertambangan tersebut dan sangat merugikan mereka.
Beginilah pengelolaan ala demokrasi-kapitalisme. Pemerintah tidak benar-benar ingin meriayah rakyat. Tambang yang seharusnya dikelola oleh negara dan dimanfaatkan seluas-luasnya bagi rakyat malah ditawarkan kepada pihak asing dan aseng. Keadaan saat ini seperti kata pepatah “keluar dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya”.
Berbeda jika mengunakan sistem Islam, karena di dalam sistem Islam ada kepemilikan umum. Yang mana tidak boleh dikuasai oleh perorangan maupun suatu kelompok. Karena kepemilikan dalam Islam dibagi dalam 3 kepemilikan yaitu kepemilikan individu, umum dan negara.
Sumber daya alam termasuk dalam kepemilikan umum, sebagaimana sabda Rasulullah saw “kaum muslim bersekutu dalam tiga hal: air, padang dan api” (HR. Abu Dawud). Dalam kepemilikan umum ini, semua rakyat secara bersama memilikinya.
Semua dimanfaatkan secara langsung atau melalui pengaturan tertentu yang dilakukan oleh negara. Pihak swasta sama sekali tidak boleh menguasainya. Kepemilikan umum merupakan kekayaan finansial paling besar yang memberi kemampuan pada negara.
Pemasukan kepemilikan umum digunakan untuk pemenuhan kebutuhan rakyat yang meliputi kesehatan, pendidikan, keamanan juga sarana dan prasarana seperti jalan, pelabuhan dan sebagainya.
Sudah seharusnya semua itu adalah tanggung jawab negara untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan rakyat tersebut. Maka dalam pengelolaan sumber daya alam, negara juga harus memastikan tidak adanya dampak yang membahayakan bagi rakyat.
Maka Indonesia butuh penguasa dan sistem ekonomi yang kuat dan mandiri dengan tidak menyerahkan proyek-proyek negara kepada pihak asing maupun aseng. Tidak boleh mengunakan utang luar negeri yang berbasis riba.
Seluruh proses pembangunan yang dilakukan harus menggunakan kekuatan ekonominya sendiri. Seluruh rakyat harus didorong untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan program pembangunan ini. Khususnya peran sertanya dalam menginfakkan harta kekayaannya untuk membantu negara dalam membiayai pembangunan ekonominya.
Dengan terwujudnya pembangunan ekonomi yang mandiri ini diharapkan negara tidak bergantung lagi pada negara adidaya kapitalis dunia.
Sehingga tidak akan menjadi negara yang terjajah lagi. Semua kebutuhan ekonomi rakyatnya dapat dicukupi oleh industri-industri yang telah dibangun di dalam negerinya.
Semua itu akan terwujud jika kita menerapkan sistem Islam secara kaffah. Maka sudah tugas kita untuk bersama-sama mewujudkannya, yaitu dalam bingkai Khilafah. Sehingga keadilan dan kemakmuran ekonomi dunia akan segera terwujud, tidak hanya untuk kepentingan umat Islam saja. Namun untuk non muslimpun juga demikian. Bahkan kemakmuran itu juga untuk segenap makhluk yang ada di alam semesta ini.
Wallahu a’ lam biashowab.
[LS/Ry]