Geliat Kebangkitan Umat Dibalik Seruan Tolak OBOR

Oleh: Tety Kurniawati

(Anggota Komunitas Penulis Bela Islam )

 

Bertempat di Pondok Pesantren Darussalm, Wanaraaja, Garut, Ahad 7 Ramadhan 1440H/12 Mei 2019, telah berlangsung Multaqo Ulama Ahlus Sunnah. Multaqo Aswaja ini dihadiri lebih dari seribu ulama, kyai, habaib, pengasuh pondok pesantran, serta muhibbin dari seluruh Indonesia. Mereka berkumpul untuk membahas persoalan krusial yang baru saja ditandatangani, yaitu kerjasama Indonesia China yang dikenal dengan proyek OBOR (One Belt One Road).

 

Dalam pandangan para ulama, proyek OBOR ini hanya membuat Indonesia buntung, tidak ada manfaat sama sekali, Indonesia akan menjadi jajahan baru bagi China. Mereka juga kwatir dengan ancaman ideologi komunis yang pernah membantai kaum muslimin di masa lalu akan terulang kembali. (m.eramuslim.com 13/5/19)

 

Munculnya suara keras penolakan para ulama terhadap proyek OBOR sebagai salah satu modus penjajahan di berbagai lokasi di nusantara. Sejatinya menunjukkan adanya geliat kebangkitan umat ditengah upaya sekulerisasi yang menimpa para ulama dan pendangkalan pemikiran umat oleh rezim kapitalis.

 

Gelombang penolakan yang muncul menjadi bukti tumbuhnya proses penyadaran yang dilakukan ulama terhadap umat. Hingga diharapkan nantinya masyarakat akan memiliki kesadaran kolektif untuk melakukan perubahan. Berbekal ketinggian ilmunya sebagai pewaris para nabi. Dibongkarnya makar yang dilakukan oleh negara kafir imperialis atas Islam dan kaum muslimin. Diungkap pula persekongkolan para penguasa antek dengan negara-negara kafir guna melanggengkan penjajah. Sekaligus ditunaikan kewajiban mulia para ulama untuk melakukan muhasabah lil hukkaam terhadap penguasa.

 

Kembali terwujudnya peran dan fungsi strategis ulama inilah yang kelak memastikan perubahan revolusioner ditengah umat. Sejarah telah mengabadikan dengan tinta emas bagaimana ulama berperan dalam mewujudkan kebangkitan umat. Kita mengenal sosok mujahid tangguh pembebas Baitul Maqdis dari kaum salibis, Shalahuddin Al Ayyubi. Ternyata dibelakang beliau ada sosok ulama Imam Abu Hamid Al Ghazali dan Syekh Abdul Qodir Al Jailani yang menghujamkan nilai-nilai keislaman begitu kuat terpatri dalam jiwanya.
Sosok mujahid lainnya yang tak kalah tangguh, Muhammad Al Fatih yang membebaskan Konstantinopel. Di belakang beliau ternyata ada sosok alim bernama Syekh Syamsuddin. Juga ada Saifuddin Quthuz, panglima perang ‘Ain Jalut yang menjadi mujahid tak lepas atas bimbingan sosok alim hebat Al Izz bin Abdissalam bergelar “Sulthanul Ulama”.

 

Hari ini geliat kebangkitan umat kian nyata mengatasnamakan penolakan terhadap OBOR. Maka, sekali lagi umat akan senantiasa bangkit selama ada dukungan dari ulama. Didorong kesadaran bahwa ada racun imperialisasi dan komunisasi berbungkus madu investasi yang mengancam negeri. Keduanya berjuang tuk saling merapatkan barisan. Memastikan bahwa tak ada celah sekecil apapun yang diberikan bagi orang kafir untuk menguasai orang-orang beriman. Sebagaimana firman Allah, ” Dan sekali-kali Allah tidak menjadikan bagi orang-orang kafir jalan untuk menguasai orang-orang mukmin.” (QS. An Nisa: 141)

 

Oleh karena itu, ulama semestinya mengambil posisi sebagai garda terdepan perjuangan menolak penjajahan dan memahamkan umat tentang pentingnya membangun negara yang menegakkan ideologi Islam. Agar umat faham bagaimana seharusnya kehidupan ini dijalankan. Rahmatan lil alamin pun terwujud nyata dalam kehidupan. Wallahu a’lam bish showab. [RA/WuD]

Please follow and like us:

Tentang Penulis