Mengapa Harus Khilafah ?

 

Oleh: Dariani, S.Pd
(Guru SMPN 3 Asera)

LenSaMediaNews– Sepanjang abad 20 hingga kini, dunia diwarnai dengan berbagai persoalan pelik yang tidak selesai diatasi oleh umat manusia. Meskipun teknologi yang dimiliki semakin canggih, umat hampir seperti tanpa masa depan. Ini karena dunia dipimpin oleh ideologi yang tidak manusiawi yakni kapitalisme-sekuler. Ideologi ini tidak menghendaki agama ikut campur dalam urusan kehidupan.

Hakikatnya, ia tidak memiliki misi suci yang berorientasi mencerahkan manusia dari kegelapan, kemiskinan, ataupun ketertindasan. Walaupun ia mengagung – agungkan nilai-nilai universal seperti HAM atau demokrasi, namun itu hanya sekadar jalan untuk mempermudah aksesnya dalam menguras kekayaan ekonomi bangsa lain. Inilah ideologi yang saat ini diterapkan dan disebarkan ke seluruh dunia oleh kekuatan-kekuatan negara besar, terutama Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.

Berbeda dengan kapitalisme-sekular, Islam adalah sumber ideologi yang sejatinya bersifat manusiawi, membawa rahmat bagi siapa saja karena sifatnya yang berimbang, serta tidak menjajah atau bersifat eksploitatif atas manusia lain. Karena Islam diturunkan oleh Allah SWT yang sangat mengerti sifat dan kebutuhan manusia serta apa yang dapat membuat manusia sengsara atau bahagia.

Fakta menunjukkan, bahwa Islam memang pernah benar-benar menjadi ideologi yang memimpin dunia tatkala ia diterapkan dan disebarkan oleh sebuah kekuatan besar, yaitu Daulah Islamiyah. Negara ini secara de facto didirikan oleh Rasulullah saw. di Madinah pada 12 Rabiul Awwal, bertepatan dengan 23 September 622. Pasca Nabi Saw. Negara ini terus berlanjut dalam format negara Khilafah Islamiyah. Kepemimpinan Khilafah Islamiyah ini berlangsung terus, dengan pasang surutnya, hingga 3 Maret 1924, yakni tatkala secara resmi Khilafah yang berpusat di Istambul Turki, dibubarkan (Abdul Qodim Zallum – Malapetaka Runtuhnya Khilafah). Meski periode khalifah yang baik dan buruk datang silih berganti, negara Khilafah secara de facto tetaplah negara yang diperhitungkan dunia selama 13 abad, dan pada saat itulah kaum muslim juga diperhitungkan.

Pada saat Khilafah masih ada, tak cuma kaum muslim yang terlindungi kehormatannya, namun peradaban dunia seluruhnya. Kita tidak akan mengenal peradaban Yunani kuno seperti matematika atau kedokteran, andaikata peradaban Islam yang maju pesat di bawah naungan Khilafah tidak menyelamatkannya dan terus mengembangkan ilmu pengetahuan justru ketika Eropa diterpa zaman kegelapan akibat permusuhan gereja terhadap para ilmuwan.

Kesatuan yang besar itu terbukti efektif untuk mengatasi kesulitan akibat bencana alam yang melanda sebagian negeri atau serangan orang-orang kafir terhadap negeri-negeri Islam. Kita menyaksikan bagaimana kaum muslim bisa dipersatukan, tanpa kotak – kotakkan dengan ras. Ketika mereka menghadapi serangan tentara Salib, atau ketika mereka menghadapi serbuan Tartar yang membumihanguskan Bagdad tahun 1258. Bagdad boleh saja hancur, Khalifah boleh saja terbunuh, namun Khilafah Islamiyah tidak bubar karenanya.

Di seluruh penjuru negeri, Islam masih diterapkan. Ekonomi masih ekonomi Islam, pendidikan masih pendidikan Islam, hukum masih hukum Islam. Karena itu, dalam waktu singkat, tiga tahun kemudian, kaum muslim cepat berkonsolidasi, lalu mengalahkan Tartar, bahkan sebagian tentara Tartar justru masuk Islam. Abad-abad selanjutnya juga Khilafah kembali jaya. Tahun 1453, Konstantinopel, ibukota kekaisaran Byzantium Romawi, berhasil dibuka oleh kaum muslim dan menjadi Istambul. Abad 17 kekuatan kaum muslim masih menguasai separuh Eropa. Itulah yang terjadi sampai akhirnya dakwah di dalam umat Islam mengalami kemunduran.

Setelah Khilafah bubar, Barat makin leluasa untuk menerapkan dan menyebarkan ideologi kapitalisme-sekularisme keseluruh dunia terutama ke dunia Islam yang kaya akan sumberdaya alam. Pertengahan abad-20, upaya itu dihambat oleh Uni Soviet yang berusaha menerapkan dan menyebarkan ideologi sosialisme-komunisme. Namun, pada akhir abad-20, Amerika Serikatlah yang memimpin dunia dengan ideologi kapitalisme-sekularismenya.

Akibatnya, umat Islam kini semakin jauh dari misi yang pernah dibebankan Allah kepada mereka, yaitu misi merahmati seluruh alam seperti yang pernah berhasil dibuktikan oleh Daulah Khilafah. Jangankan merahmati seluruh alam, melindungi mereka sendiri saja seperti di Palestina, Suriah, Uighur, Selandia Baru, mereka tidak mampu.

Hal ini karena tujuan tersebut memang hanya mampu dilaksanakan dalam suatu barisan yang terpimpin suatu formasi ideologis. Tanpa formasi yang rapi, energi 1,5 miliar umat Islam tidak akan fokus.

Sungguh kemulian Islam akan segera kembali, maka siapkah kita menjadi bagian dari salah satu yang memperjuangkan kemulian tersebut? Sebagaimana firman Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul jika Rasul menyeru kalian pada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kalian. (TQS al-Anfal: 24).”

Wallahu a’lam bi shawab.

[Lm/Hw/Fa]

Please follow and like us:

Tentang Penulis