Bijak Memutuskan Kebijakan

 

Revolusi industri 4.0 cukup berpengaruh dalam kehidupan. Segala macam aktivitas mulai dari kegiatan jual beli, belajar mengajar, informasi berita hingga permainan telah terpengaruh RI 4.0 Bahkan pemerintah berencana memasukkan e-sports ke dalam kurikulum sekolah. Menpora menyampaikan akan menyiapkan dana sebesar 50 miliar rupiah untuk agenda ini.

E-sports adalah olahraga elektronik juga dikenal sebagai permainan kompetitif dalam dunia maya. Saat ini, e-sports sangat digemari kawula muda. Bahkan mobile legends masuk dalam pertandingan Piala Presiden 2019. Tidak bisa dipungkiri, aplikasi ini memang mengasah kemampuan otak. Namun, dibalik kelebihan itu justru menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Pasalnya pengaruh permainan ini akan membuat para pemain lebih suka mengunjungi dunia maya daripada dunia nyata. Padahal semestinya sebagai makhluk sosial kita senantiasa berinteraksi dengan sesama. Ibarat candu, permainan ini dapat mengakibatkan pemain berhalusinasi, dan menimbulkan keinginan untuk mempraktikkan permainan itu di dunia nyata. Bagi pelajar tentunya dapat melalaikan waktu, sehingga mereka lupa belajar, membantu orang tua dan ibadah pun bisa terlewat.

Bisa dibayangkan jika e-sports ini masuk dalam kurikulum sekolah. Pelajar akan lebih memilih e-sports dari pada pelajaran lainnya. Alih-alih membuat pelajar bermoral baik, justru lebih banyak memalingkan mereka pada dunia permainan. Kondisi ini tentunya tidak baik bagi perkembangan sikap dan mental para penerus bangsa. Bagaimana nasib bangsa ini 15 atau 20 tahun lagi, jika para generasinya hanya suka berada di dunia maya dari pada di dunia nyata? Sebaiknya kebijakan memasukkan e-sports ke kurikulum pendidikan ini perlu dikaji lagi. Sehingga para pengambil kebijakan tidak salah langkah.

Henyk Nur Widaryanti, S.Si., M.Si.
Ngawi Jawa Timur

[Fa]

Please follow and like us:

Tentang Penulis