Ketika Film Sudah Tidak Lazim
Oleh : Nurul Rachmadhani
LensaMediaNews- Sedang ditayangkan, film karya sutradara dan penulis Garin Nugroho yang berjudul “Kucium Tubuh Indahku” di bioskop Indonesia sejak 18 April 2019. Film ini juga telah diputar di beberapa negara dan telah memenangkan banyak penghargaan internasional. (tribunjogja.com, Sabtu 20/4/2019).
Namun, ternyata walaupun film ini telah meraih banyak penghargaan, penayangannya di Indonesia menuai kontroversi, dimana telah beredar petisi untuk film ini agar segera turun tayang. Pasalnya dalam film ini selain menceritakan tentang kisah penari laki-laki, tapi juga ada sisi yang dianggap tak lazim, yaitu adanya penyimpangan seksual (change.org).
Bebas Berekspresi Buah Sekulerisasi
Sebenarnya, banyak film bergenre remaja di negeri ini yang jauh dari norma agama. Mengemas film dengan unsur pergaulan bebas hingga akhirnya memberi dampak negatif kepada para penontonnya, terutama para remaja labil yang begitu mengagung-agungkan kebebasan. Akhirnya kenakalan remaja semakin menjamur dan tak terkendali.
Bukan kebetulan, dengan alasan bebas berekpresi yang dilindungi HAM, nyatanya malah membuat remaja saat ini di luar batas. Hal ini bisa terjadi karena adanya sekulerisasi pada pemikiran remaja. Padahal kebebasan berekspresi hanyalah buah dari sistem sekuler saat ini, dan ini adalah cara Barat untuk merusak para generasi muda, khususnya generasi muslim agar Islam dengan mudah dihancurkan.
Dengan begitu, pemerintah juga seharusnya berperan besar agar bisa mengontrol dan mengawasi tayangan-tayangan film yang bisa merusak akidah dan akhlak para generasi muda, apakah layak ditayangkan atau tidak. Bukan hanya melihat keuntungan materi namun akhirnya menimbulkan banyak kerugian pada setiap jiwa anak-anak muda.
Kerja Keras Bersama
Selama kebebasan yang teramat membuat risau orangtua dibiarkan, maka perubahan pada pola pikir generasi tak akan mudah diluruskan. Di sini perlu ada sistem yang menunjang dan menjaga agar para generasi tak keluar dari jalur dan tetap berpegang teguh pada akidah Islam dan akhlak yang baik.
Hal ini bisa dilakukan ketika sistem yang mengaturnya dengan Islam. Karena Islam telah mengatur bagaimana tata cara dalam pergaulan, mengembangkan ekspresi sesuai dengan kodratnya dan tidak keluar dari syara.
Tentunya ini juga bukan dikerjakan seorang diri. Perlu kerjasama antara setiap individu dengan negara. Selain kontrol orangtua, diperlukan juga kontrol masyarakat dalam mengawasi. Yang terpenting negara juga turut berandil besar dalam menjaga agar para generasi tak keluar dari batasan-batasan yang tak lazim. Dengan begitu para generasi tak mudah mengikuti arus buruk kebarat-baratan.
Wallahu’alam bishowab.
[LNR]