LenSaMediaNews – Pemilu tahun ini benar-benar membuat panas perpolitikan negeri. Baik sebelum maupun sesudah, masyarakat pun ikut gerah. Adanya pembelahan dua kubu beserta julukan konyol masing-masing. Kini diributkan dengan hasil perhitungan suara. Masing-masing paslon saling klaim kemenangan. Hingga masing-masing pendukung pun tak kalah heboh. Masyarakat menganggap pelanggaran dan kecurangan banyak terjadi. Seperti di Jawa Timur, akibat ada pelanggaran akhirnya beberapa TPS direkomendasikan untuk Pemungutan Suara Ulang (PSU).

Masyarakat secara umum tentunya berharap kehidupan lebih baik. Segala permasalahan hidup mendapatkan solusi hakiki. Namun, melihat kondisi seperti ini tidak sedikit yang kebingungan. Mau dibawa ke mana negeri ini. Mahar politik yang tinggi, serangan fajar, pencitraan, janji manis kampanye, dan lainnya nyata di depan mata. Semua bersaing demi mendapatkan kursi jabatan. Sedangkan permasalahan masyarakat tak kunjung diselesaikan. Justru semakin pelik.

Dalam sistem Khilafah, pemilihan pemimpin di dasarkan untuk penerapan syariat sehingga terjamin kemaslahatan umat. Sekaliber khalifah Umar bin Khattab r.a pun merasa berat karena amanah yang akan dipikulnya, saat awalnya dipilih menggantikan khalifah Abu Bakar r.a. Bukan berambisi dan saling sikut dengan para sahabat Rasulullah lainnya demi mendapatkan jabatan pemimpin. Apalagi menebar kecurangan dan melakukan suap kepada masyarakat. Berbeda dengan demokrasi hari ini, pemilu seperti ajang kontes peraihan jabatan dan kekuasaan serta berkali-kali masyarakat dikorbankan.

Atik Hermawati, Bogor.

[RA/LL]

Please follow and like us:

Tentang Penulis