Bencana Akhir Zaman
Oleh: Filu (Yogyakarta)
Negeri kita sedang dilanda bencana tak kasat mata. Bukan gempa, tsunami maupun letusan gunung berapi. Namun, sebuah bencana akhir zaman yang terjadi akibat orang tua yang salah mengasumsikan profesi guru dalam pendidikan. Berita demi berita tentang kebobrokan moral anak bangsa semakin sering terdengar, bahkan terkesan menjadi sebuah berita recehan. Apakah yang sedang terjadi padamu duhai Ibu Pertiwi?
Ratapan negeri kembali terdengar dari tragedi di sebuah kota kecil Daerah Istimewa Yogyakarta. Terlukanya beberapa warga masyarakat tanpa sebab oleh sekelompok remaja bersenjata samurai. Korban yang dibidik pun tak pandang bulu. Jam aksi dimulai setelah melewati awal malam yaitu lepas pukul 22.00 WIB. Warga sekitar sering menyebutnya ‘klitih’. Aparat setempat menjuluki pelaku sebagai anak-anak kurang kasih sayang orang tua. Mereka adalah sekelompok anak di bawah umur yang kesemuanya duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sebagian besar dari mereka adalah anak orang kaya, bahkan pejabat setempat. Jiwa labilnya menyuarakan sebuah kebebasan dan aktualisasi diri yang tidak terfasilitasi, akhirnya jalananlah tempat mereka meluapkan kekecewaan atas keegoisan orang tua.
Sudah selayaknya kita menangis sebagai orang tua, ketika gagal dalam mendidik anak. Salah kaprah orang berpikir bahwa mendidik anak adalah tugas profesi guru. Padahal, kitalah yang akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah dilakukan oleh anak. Kasih sayang orang tua bukan hanya tentang jumlah materi yang melimpah, tetapi lebih pada peran pendampingan kita dalam setiap fase kehidupan anak. Jadikanlah anak percaya diri pada setiap tahap kehidupannya, sehingga mereka tidak perlu mencari pengakuan dengan cara yang salah di jalanan.
Kesibukan orang tua bekerja bukanlah sebuah alasan dalam pendampingan pendidikan anak. Pencari nafkah dan pendamping perkembangan adalah dua peran orang tua yang harus dijalankan seimbang sebagaimana mestinya. Kedua peran tersebut mempunyai jariyah sendiri-sendiri ibarat dua sisi mata uang, jelas memberikan manfaat yang berbeda dalam muka yang tak sama. [LNR]