Depresi Akibat Janji Politik

 

Dipasung di tengah kebun. Itulah keadaan seorang pria berinisial AJ (46) asal Cianjur yang menderita gangguan jiwa. Pemasungan di ruangan yang berukuran 2 x 1 meter dan beralaskan tikar itu dilakukan atas kesepakatan keluarga dengan warga. AJ dikabarkan selalu mengamuk dan menghardik orang yang dijumpainya jika sedang kambuh. Saat dikurung di rumah, ia kabur menggunakan linggis dan merusak mobil. Kondisi kejiwaannya tak kunjung pulih meskipun sudah menjalani perawatan medis di RSJ dan pengobatan alternatif. Keluarganya berharap ada seorang yang dermawan untuk membantu pengobatannya.

Sebelum terganggu jiwanya, AJ pernah menjabat sebagai ketua RT setempat dan mengenyam bangku kuliah. Gangguan jiwanya berawal ketika ia menjadi tim sukses Pilbup Cianjur 2006 lalu hingga memenangkan calon yang diperjuangkannya tersebut. Ia berniat menemui dan menagih janji namun harapannya bertepuk sebelah tangan. Mulai saat itu ia menjadi pendiam dan terganggu jiwanya. Sekilas kadang nampak terlihat normal. Namun, saat kambuhnya begitu menakutkan warga. Apalagi setiap menjelang pemilu, golok pun pernah dibawanya.

Kasus depresi akibat janji politik ataupun jabatan yang gagal didapatkan bukan kali pertama terjadi. Para pejabat yang pandai mengumbar janji bohong terhadap masyarakat bahkan tim suksesnya membuat kasus seperti ini sudah tidak asing.

Dalam Islam, jabatan ialah untuk menunaikan amanah yang telah dibebankan syariat. Mengurusi urusan umat. Bukan sebagai profesi atau ambisi. Orang yang dipilih ialah orang yang layak. Tidak memandang banyaknya harta atau pendukungnya. Melainkan ketaatannya terhadap aturan syariat. Sehingga tidak perlu adanya tim sukses dan pengeluaran biaya yang banyak. Janji berkemasan manis pun tidak laku. (LN/Fa)

Atik Hermawati

Bogor

Please follow and like us:

Tentang Penulis